09/12/21

aut-phot

Hasil Akhir Bukan Satu-satunya yang Menentukan Nilai Sebuah Prestasi

success Ahir pekan lalu sesorang meninjau resumeku, di mana aku diminta untuk menjelaskan "Prestasi yang pernah diraih" melalui pesan singkat. Meskipun aku tahu, aku telah mendapatkan beberapa hal, aku tidak yakin bahwa itu akan mengesankan semua orang. Tetapi jelas, aku cukup puas untuk mendapatkan itu semua. Aku sangat menghargai pencapaian dalam hidupku dalam bentuk apapun, dalam banyak hal, terlalu banyak bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun, sehingga aku enggan memberi tahu orang-orang berapa banyak yang aku dapatkan, aku tidak ingin tampak membual dan menganggap itu tidak terlalu penting dalam hubungan relasional.

Alasan itulah mengapa aku tidak mencantumkan prestasi apapun dalam resumeku.

Faktanya, ada banyak cara untuk memahami nilai intrinsik dari pencapaian prestasi dalam hidup kita. Tetapi masalahnya, ukuran kita bukan satu-satunya yang diperhitungkan. Pkamungan orang lain tentang prestasi kita juga penting, terlebih jika itu menyangkut pendapat atasan kita atau calon pemberi kerja di masa depan. Dalam kasus ini, aku tidak bermaksud merencanakan resume untuk melamar pekerjaan. Sehingga aku terbuka untuk memberikan konfirmasi sebagai langkah 'mengenal' lebih lanjut.

Aku ingin memulai dengan beberapa pemahaman: bahwa prestasi muncul ketika kamu melewati suatu proses untuk mendapatkan suatu hasil yang bernilai. Misalnya, seorang siswa yang mendapatkan penghargaan dapat dikatakan telah mencapai peningkatan prestasi karena dia mengikuti proses tertentu (mengerjakan tugas, giat belajar, dll.) yang membuahkan hasil tersebut.

Credit To: Pexel Tetapi prestasi tidak sebatas dipengaruhi oleh hubungan antara proses dan hasilnya. Anggaplah, jika aku berdiri dan memanjat pohon mangga, kamu tidak akan memujiku atas pencapaian luar biasa dalam memetik buah mangga yang berada pada ketinggian. Namun aku telah mengikuti prosesnya; berdiri, memanjat, menjaga keseimbangan, dan menahan berat tubuh untuk mendapatkan hasilnya. Itu karena proses tersebut tidak cukup sulit untuk dihitung sebagai sebuah prestasi. Agar sesuatu dapat dihitung sebagai prestasi, harus dilakukan melalui proses (1) yang membutuhkan upaya atau keterampilan (2) untuk mendapatkan hasil yang bernilai (3) dan bukan faktor keburuntungan (4).

Nilai dari sebuah prestasi tergantung dari hasilnya, yaitu jika hasil itu bernilai suatu manfaat -tidak harus bermanfaat untuk orang lain, setidaknya bermanfaat untuk diri sendiri-, maka prestasi itu berharga, tetapi jika 'hasil' itu tidak bernilai manfaat apapun, maka prestasinya pun tidak berharga. Selain itu, besarnya nilai sebuah prestasi harus sebanding dengan tingkat kesuitan dalam prosesnya, yaitu semakin sulit proses pencapaiannya, semakin berharga. Jadi, jika nilai sebuah hasil tidak mencapai tingkat yang signifikan, setidaknya kita juga harus menerima bahwa nilai tersebut berasal dari sesuatu yang lain. 'Sesuatu yang lain' yang paling masuk akal adalah dari proses pencapaiannya itu sendiri.

Sekarang, anggaplah ada dua siswa yang harus kita amati dari 30 siswa dalam satu kelas. Mereka harus mengerjakan soal-soal yang diberikan guru untuk ujian kenaikan kelas. Siswa pertama memiliki kecerdasan di atas rata2, sehingga dia mampu menghafal apa saja dengan cepat, dengan sekali atau dua kali membaca. Siswa kedua tidak memiliki kecerdasan seperti siswa pertama, dia harus membaca berulang-ulang untuk memahami semua pelajaran, menghafal rumus dan melewati malam tanpa tidur. Dia menanggung semua rintangan itu ketika dia baru saja mengahadapi kematian ibunya, kebakaran rumah dan kehilangan banyak hal. Di atas semua ini, dia menderita depresi yang didiagnosis secara klinis, yang membuat banyak hari-hari belajarnya menjadi perjuangan yang memberatkan. Meski demikian, ia telah melewati semua rintangan itu.

Credit To: Pexel Prestasi siapa yang lebih berharga? Dengan asumsi siswa pertama mendapatkan peringakat pertama dan siswa kedua mendapatkan peringkat keempat. Bagiku, jawabannya tampaknya cukup jelas: siswa kedua. Dia mengalami proses yang jauh lebih sulit. Tetapi jika itu benar, maka hasil akhir bukanlah satu-satunya yang menentukan nilai sebuah prestasi. Proses pencapaian itu sendiri memberi nilai pada sebuah prestasi.

Tetapi aku tidak tahu apakah itu benar, dan aku hanya ingin semua pencapaianmu dalam setiap momen setelah melewati proses penuh perjuangan dan memberikan hasil yang bermanfaat untukmu sendiri adalah prestasi yang harus kamu syukuri. Tetapi aku menemukan bahwa dengan konsep ini, kamu tidak cupuk menarik bagi orang lain, dan aku pikir akan lebih menarik bagi lebih banyak orang hanya jika kamu memilki nilai teratas dari prestasi yang seharusnya kamu dapatkan. Sekali lagi, aku hanya ingin kamu bersyukur, memberikan penghargaan untuk diri sendiri adalah hal yang baik.

Pesan Email×

Be Happy