Moralitas Keindahan
Sepertinya aku harus membedakannya ketika aku mengatakan "aku menganggapmu cantik (bagiku)" dengan "aku akan menganggapmu cantik (bagiku) jika aku mengalaminya." Tetapi mungkin tidak. Lagi pula, seandainya aku tetap tinggal di paruh kedua konser, kekhawatiran tentang keadaan darurat keluarga dan rasa bersalah bahwa aku menikmati konser Noah sementara rumahku terbakar (secara harfiah atau kiasan) akan merusak kenikmatanku dalam mengapresiasi konser Noah. Tentu saja ini hanya kasus khusus dari sekian banyak masalah yang kita lewati.
Jadi kita harus mengidealkan: aku akan menganggapmu cantik jika aku mengalami situasi pengamatan yang ideal. Tetapi seperti yang ditunjukkan contoh di atas, kondisi pengamatan yang ideal perlu mencakup keadaan mental yang benar. Kita sebaiknya tidak mendefinisikan kondisi mental yang benar sebagaimana menurut penilaian orang lain benar, karena kemudian teori kita tidak lagi bersifat subjektif. Dan mengingat bahwa apa yang orang hargai bisa sangat bergantung pada keadaan emosi seseorang, tampaknya pada titik ini kita tidak bisa mengandalkan nilai atau harga dari suatu hal.