08/11/21

aut-phot

Moralitas Keindahan

Konser Noah Bayangkan aku menyukai lagu-lagu Noah. Aku pergi ke konser live Noah, dan kemudian selama jeda beberapa saat aku mendapat pesan tentang keadaan darurat keluarga dan aku harus pulang. Bagian pertama dari konser itu cukup indah bagiku. Bagian kedua dari konser itu akan menyajikan album Alexandria yang menjadi bagian paling favorit yang bisa kunikmati. Aku menyimpulkan bahwa aku melewatkan beberapa pertunjukan yang indah. Tetapi jka aku bertahan untuk mengapresiasi bagian kedua dari gelaran konser, itu salah. Untuk paruh kedua konser itu seharusnya tidak indah bagiku, karena aku tidak menganggapnya indah dalam arti apresiatif.

Sepertinya aku harus membedakannya ketika aku mengatakan "aku menganggapmu cantik (bagiku)" dengan "aku akan menganggapmu cantik (bagiku) jika aku mengalaminya." Tetapi mungkin tidak. Lagi pula, seandainya aku tetap tinggal di paruh kedua konser, kekhawatiran tentang keadaan darurat keluarga dan rasa bersalah bahwa aku menikmati konser Noah sementara rumahku terbakar (secara harfiah atau kiasan) akan merusak kenikmatanku dalam mengapresiasi konser Noah. Tentu saja ini hanya kasus khusus dari sekian banyak masalah yang kita lewati.

Jadi kita harus mengidealkan: aku akan menganggapmu cantik jika aku mengalami situasi pengamatan yang ideal. Tetapi seperti yang ditunjukkan contoh di atas, kondisi pengamatan yang ideal perlu mencakup keadaan mental yang benar. Kita sebaiknya tidak mendefinisikan kondisi mental yang benar sebagaimana menurut penilaian orang lain benar, karena kemudian teori kita tidak lagi bersifat subjektif. Dan mengingat bahwa apa yang orang hargai bisa sangat bergantung pada keadaan emosi seseorang, tampaknya pada titik ini kita tidak bisa mengandalkan nilai atau harga dari suatu hal.

Pesan Email×

Be Happy