03/12/18

aut-phot

Ibu dan Rentang Waktu - 24

Malam terakhir pekan ke dua bulan oktober 2018, aku menemani ibu sepanjang malam. Dia terengah, menarik napas panjang dan mengeluarkannya, dadanya terasa sesak. Aku memberinya air hangat sebanyak yang kupastikan tanpa membuatnya tersedak. Pada saat itu, aku mulai bertanya-tanya berapa lama ini akan berlangsung. Dia terjaga dan tertidur, dan terja lagi, dan tertidur lagi, bernafas dengan ritme yang tak beraturan sepanjang malam.

Keesokan paginya, aku membawa ibu ke rumah sakit untuk menghinadari segala resiko jika keadaan memburuk lagi.

Tapi yang lebih buruk datang keesokan harinya. Dokter mengatakan tekanan darahnya tidak stabil. Aku berjaga selama tiga hari tiga malam, aku tidur di kamarnya. Malam pertama sangat mengerikan – mendengarkan dia berjuang untuk bernapas dan tidak berdaya untuk membantunya. Di malam kedua, detak jantungnya naik menjadi 140. Dan sejak saat itu, dia tidak sadar lagi.

Aku telah membuat keputusan sebagai keluarga untuk menyetujui segala tindakan medis sebagai langkah terbaik yang bisa kami lakukan. Aku menyetujui saran dokter untuk memulai memasang ventilator jika itu memang yang terbaik.

Pamanku yang datang untuk menemaniku berkata mungkin hanya dalam hitungan hari. “Tunggu,” kataku, “kupikir dia sedang melawan penyakitnya, dan mungkin akan sembuh?” Sungguh menakjubkan betapa kuatnya aku ingin menghindari akhir. Aku hanya memegang kata-kata harapan tanpa mempersiapkan diri. Kapan dia akan pergi? Tetapi aku tetap saja tidak berani meninggalkan ruangan, kalau-kalau dia mengembuskan napas terakhirnya pada saat itu. Aku bertekad untuk tidak membiarkan ibuku meninggalkan dunia ini sendirian.

Di belakang, aku tidak benar-benar mengerti apa artinya itu. Aku tidak mengerti bahwa ketika dia menutup matanya, dia tidak akan pernah membukanya lagi. Aku tidak mengerti bahwa ketika dia masih bebrbicara kepadaku, itu akan menjadi yang terakhir kalinya. Entah aku salah memahami dokter, atau aku tidak ingin memahami dokter. Kupikir dia masih bisa melihatku dan mendengarku. Dan mungkin dia tahu aku ada di sana, tapi sejak saat itu, dia tidak sadar lagi.

Pesan Email×

Be Happy